Resep Sayur Krecek Kerupuk Kulit

Resep Nenek Lezat Menggoda Krecek Tahu Pedasnya Bikin

Suka Makan!

Sayur krecek (rambak) atau kulit sapi!

Inilah masakan terakhir (sementara) dari parade makanan di FISIP (yang ternyata saya sibuk menjelaskan elemen-elemen sajian nasi gudeg yang dinikmati oleh kawan saya, Awalia).

Kulit sapi (saya juga belum tahu detil pengolahannya) di beberapa daerah di Jawa Tengah disebut krecek. Di daerah-daerah lainnya, disebut rambak. Merujuk pada bagian kulit sapi yang berbeda, memang. Karena krecek itu adalah kulit sapi yang tebal, agak keras, dan masih punya bau sapi yang khas. Mengunyah krecek hampir mirim seperti mengunyah tulang muda yang bentuknya lentur dan pipih, cukup renyah bila kadar airnya sedikit.

Beda dengan rambak. Karena rambak teksturnya lebih fragile, kenyal, dan tipis. Karena ketipisannya, rambak banyak digunakan untuk membuat kerupuk kulit yang bentuknya gembung berwarna krem-coklat (kamu sudah yang pernah makan, mungkin).

Pembahasan saya ini bisa saja salah/keliru, tapi inilah yang bisa saya analisa melalui pengalaman lidah yang dikoordinasikan dengan otak kanan-kiri saya (^__^)v

Sayur kulit sapi ini dimasak dengan cabai (yang memang tidak pedas, karena jenisnya cabai jawa besar, dan takarannya hanya cukup sebagai pewarna merah makanan) dan tentu saja: santan, sehingga gurih dan kental.

Tekstur kenyal-lembut dari kulit sapi ini menambah detik-detik menyenangkan mengunyah kuliner ini. Ia menjadi pelengkap di antara elemen-elemen lain nasi guded yang memiliki tekstur beragam: lunak-kasar (suwiran ayam), lunak-amis (potongan telur), berserat (sayur nangka manis), krispi-kriuk (oseng teri), dan kenyal-gummy (oseng cumi).

Di beberapa daerah, termasuk Tegal, sayur rambak ini diganti dengan sayur waluh (labu sayur berwarna hijau muda). Di Tegal ada rumah makan gudeg (yang jual warga peranakan Jawa-Arab) dan sajiannya adalah gudeg basah dengan kuah sayur waluh yang sangat segar. Tahu dengan kulit yang keriput cokelat (Budhe saya menyebutnya tahu sayur) dijadikan campuran sayur waluh itu (dan seharusnya tahu sayur juga bisa dijadikan campuran sayur rambak ini). Telur rebus yang disajikan tidak hanya direbus, melainkan sudah dipindang (direbus dengan irisan kulit bawang merah, kunyit, dan beberapa rempah lain, hingga warnanya berubah menjadi marun kecoklatan).

SEDAP.

Dan kamu harus coba.

Masakan Indonesia, terpengaruh dari keberagaman budaya manusia-manusianya di seluruh wilayah, pun bisa jadi sangat beragam. Seperti sajian nasi gudeg ini, contohnya. Dari penjelasan saya di parade makanan kali ini, poin penting yang ingin saya tekankan adalah: REMPAH! Emas yang harum itu sudah sedemikian mendarah daging dalam kebiasaan kita menyantap makanan. Bersyukurlah menjadi orang Indonesia, yang tidak usah repot-repot menggaungkan motto Gold Gospel Glory dengan politik devide et impera demi memperoleh rempah-rempah (^___^)

note: semua makanan yang saya bahas tidaklah saya beli, melainkan Awalia, kawan saya yang beli. You know, it’s a price matter: IDR8,000 for a pack of Gudeg Rice! My pocket’s sometime’s not a tolerance pal… Saya hanya membayangkan rasa “yang seharusnya” ada dalam makanan-makanan ini (^__^)